no info
🕗 opening times
Monday | ⚠ | |||||
Tuesday | ⚠ | |||||
Wednesday | ⚠ | |||||
Thursday | ⚠ | |||||
Friday | ⚠ | |||||
Saturday | ⚠ | |||||
Sunday | ⚠ |
No. 10 A, Jalan Pejaten Barat, 12550, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta, ID Indonesia
contacts phone: +62 21 7804986
larger map & directionsLatitude: -6.2767617, Longitude: 106.8231274
kodja franco
::nicholas dennis
::Memanusiakan manusia
marius ferdinand Turambi
::Great life school, not only about religious teaching but also to be resilient and self reliance
Gregorius Sormin
::Seminari dimana anakku sekolah
Jurnal Lembu
::Sejarah Singkat Seminari Menengah Wacana Bhakti Rencana pendirian Seminari Menengah Wacana Bhakti sudah dimulai sejak almarhum Mgr. A. Djajaseputra SJ, yang saat itu menjabat sebagai Uskup Agung Jakarta. Beliau membeli tanah seluas 3 hektar lebih di kawasan Pejaten Barat, Jakarta Selatan. Pada tanggal 31 Desember 1980, Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) mengajukan permohonan untuk mendirikan sebuah seminari menengah di Jakarta. Izin pendirian seminari menengah ini akhirnya disetujui setelah menunggu selama 5 tahun. Setelah mendapatkan izin, dibentuklah panitia pembangunan Seminari Menengah Wacana Bhakti (SMWB). Pembangungan seminari selesai pada tahun 1987, dan diresmikan pada tanggal 3 November 1988 oleh almarhum Mgr. Leo Soekoto SJ, Uskup Agung Jakarta. Kata “Wacana Bhakti” berarti “mengabdikan diri pada Sabda Tuhan atau Panggilan Tuhan”. Seminari Menengah Wacana Bhakti adalah tempat persemaian benih-benih panggilan khusus seminaris (calon imam) untuk menjadi seorang imam dan biarawan. Pendidikan bagi para seminaris sejak awal dipercayakan kepada Serikat Yesus (SJ) yang telah berpengalaman dalam bidang pendidikan Seminari. Keuskupan Agung Jakarta memikirkan bahwa jika hanya mendirikan sebuah Seminari Menengah tentunya akan memakan biaya yang cukup tinggi. Maka didirikan sebuah yayasan, yakni Yayasan Seminari Wacana Bhakti yang mengurusi Seminari Menengah Wacana Bhakti sekaligus SMA Gonzaga (angkatan pertama SMA masih menggunakan nama Kanisius Unit Selatan, baru pada tahun 1989 nama SMA Gonzaga digunakan sebagai nama sekolah). Seminari Menengah Wacana Bhakti menampung dan mendidik para calon imam di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA). Karena itu di kelas satu, dua dan tiga mereka mengikuti pendidikan di Sekolah Menengah Atas Gonzaga. Jadi, pada tahun 1987 s/d 1996 seminaris lulusan SMP hanya mengenyam pendidikan seminari 3 tahun dan untuk lulusan SMA (program KPA) 1 tahun. Pada tahun 1997, lulusan SMP mulai diperkenalkan program KPP (Kelas Persiapan Pertama) selama setahun dengan maksud memantapkan pembentukan kepribadian serta matrikulasi pelajaran SMP sebagai persiapan memasuki SMA Gonzaga (3 tahun), dan program KPA tetap 1 tahun. Seminari Menengah Wacana Bhakti adalah sebuah model seminari menengah yang terbuka. Mulai tahun 1990, sekolah Gonzaga mulai menerima siswa putri, untuk memberikan nuansa pergaulan para remaja yang wajar bagi para seminaris. Para seminaris sendiri diharapkan agar tidak menjadi canggung bertegur sapa dengan medan pelayanan imamat kelak karena mereka pun harus berhadapan dengan kedua jenis kelamin secara wajar. Berkat kerja keras Pater J. Drost, SJ, sebagai Rektor Seminari dan Kepala Sekolah bersama seluruh staf pengajar dan karyawan, pada tahun ajaran keempat, tepatnya 9 Januari 1991, Sekolah Gonzaga mendapatkan status disamakan dari pemerintah.